Penggunaan material pasir silika dapat menimbulkan bahaya kesehatan bagi para pekerjanya.
Debu-debu kristalin silika dapat menembus ke dalam paru-paru.
Mekanisme alami tubuh dapat mengeliminasi debu yang terhirup tersebut.
Namun dalam kasus paparan yang berlangsung dalam jangka panjang, tubuh akan semakin sulit untuk menghilangkan kristalin tersebut dan dapat menimbulkan dampak kerusakan yang irreversible.
Sudah diketahui sejak lama bahwa paparan pasir silika yang terhirup (Respirable Crystalline Silica/RCS) akan mengakibatkan kerusakan paru-paru yang bernama silikosis.
Faktanya, silikosis ini adalah salah satu penyakit tertua di dunia yang berkaitan dengan pekerjaan.
Studi terbaru terkait dampak kerusakan oleh pasir silika oleh satu team yang terdiri dari pada ahli menghasilkan dua laporan:
- Review and Hazard Assessment of the Health Effects of Respirable Crystalline Silica (RCS) Exposure to inform Classification and Labelling under the Global Harmonised System: Overview Report (Borm P, Brown T, Donaldson K, Rushton L, 2009); dan
- Review of the Literature of the Health Effects of Occupational Exposure to Crystalline Silica: Silicosis, Cancer and Autoimmune Diseases (Brown T, Rushton L, 2009)
Kesimpulan dari laporan ini oleh Dr Peter Morfeld (Institute for Occupational Medicine of Cologne University, Institute for Occupational Epidemiology and Risk Assessment of Evonik Industries, Essen, Germany) adalah:
- Silikosis adalah dampak kesehatan utama paparan RCS.
- Resiko kanker oleh paparan RCS terbatas pada kanker paru-paru.
- Kanker paru-paru diperlihatkan oleh para pekerja yang memang terpapar oleh dosis tinggi RCS. Contohnya pekerja sand blasting.
- Efek kanker ini tidak langsung / sekunder terhadap silikosis.
Oleh karena itu, setiap industri yang menggunakan pasir silika harus memberikan safety gear terhadap para pekerja yang terpapar langsung oleh pasir silika, misalnya industri produksi kaca, cor-coran, silica gel, atau sandblasting.